JAKARTA-Wabah Corona atau Covid-19 yang melanda dunia sangat berimbas kepada sektor ekonomi dunia salah satunya cukup parah terdampak ialah harga minyak dunia yang anjlok lantaran turunnya permintaan.
Tidak hanya minyak dunia, Corona juga telah membuat lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini. Hal ini berimbas kepada membengkaknya utang valiasi sejumlah BUMN salah satunya Pertamina Persero.
Pengamat Energi Salamuddin Daeng mengakui bahwa Pertamina merupakan
salah satu perusahaan plat merah yang kini menimbun dan mempunyai utang cukup besar.
Utang Pertamina 508,4 triliun sampai dengan tahun 2018, dan sepanjang 2019-2020 menambah global bond sebesar 3 miliar dolar, atau Rp 46 triliun belum termasuk utang bentuk lainnya.
“Total utang dalam Global bond sampai awal tahun 2020 mencapai USD 12,5 miliar atau sekitar Rp 193 triliun pada tingkat kurs saat ini,” kata Daeng kepada wartawan, Sabtu, (25/4/2020).
Cobain lain yang dihadapi Pertamina, lanjut Daeng, harus berhadapan dengan harga minyak mentah paling buruk sepanjang sejarah migas.
Sekalipun Pertamina gagal dalam membangun kilang – kilang minyak. Akusisi perusahaan asing yang habis masa kontrak dengan biaya mahal.
Belum lagi, kata Daeng, 70% usaha pertamina ada di hulu. Kilang – kilang yang dibaiayai mahalpun harus ditutup karena lebih menguntungkan melakukan impor BBM.
“Padahal Pertamina baru saja membeli TPPI sebuah kilang migas yang telah bangkrut akibat korupsi miliaran dolar, tampaknya akan mangkrak,” beber Daeng.(mr/kedaip)
COMMENTS