Pandemi Corona dan Fenomena 'The Great Depression'


MEMANG sejarah selalu berulang. Buddy Starcher (1906-2001) dalam lagunya History Repeat Itself, mengisahkan peristiwa  aneh tapi nyata. Lagu alegoris yang mengisahkan: “Sejarah berulang dengan sendirinya”.

Masih ingatkah sejarah luka, tentang the great depression? Peristiwa yang mengharu-biru langit-langit ekonomi dunia.

Suasana menjadi mendung, panen pengangguran, sulitnya lapangan kerja, kemiskinan dan kelaparan menjadi sahabat karib, menjamurnya kriminalitas, dan pelbagai patologi sosial lainnya. Intinya, suasana menjadi centang perenang di seluruh sudut-sudut dunia.

Apakah gejala the great depression itu akan menyambangi kita saat ini? Jawabnya, iya. Pelbagai lembaga keuangan dan pemeringkat dunia, telah mengirim sinyal bakal suasana itu terjadi. Kontraksi ekonomi akan segera dituai. Nyaris tak satu pun negara yang bakal positif.

Coba bayangkan, JP Morgan memprediksi ekonomi dunia minus 1,1 persen, EIU memprediksi ekonomi dunia minus 2,2 persen, Fitch memprediksi ekonomi dunia minus 1,9 persen, IMF memprediksi ekonomi dunia minus 3 persen. Bahkan, negeri Tirai Bambu alias Cina negatif 6 persen dan dunia negatif 3 persen.

Coba bandingkan, suasana the great depression yang terjadi 1929-1939. Mengutip Michael Bernstein dalam The Great Depression: Delayed Recovery and Economic Change in America, 1929-1939 (1987), mengulas kasus di Amerika. Tercatat, jatuhnya pasar saham memicu penurunan daya beli, menyusutnya investasi, guncangan sektor industri, dan merebaknya pengangguran. Merebaknya pengangguran menyebabkan kredit macet, dan penyitaan aset melonjak.

Sementara itu, produksi negara terkapar. Petani merintih sakit, karena tidak mampu memanen hasil ladangnya dan terpaksa membiarkannya membusuk di ladang. Di lain sisi, jumlah tunawisma merebak. Tatapan menjadi kosong, sedangkan isi perut terserang kelaparan.

Tatkala itu, Amerika dipimpim Presiden Herbert Clark Hoover. Alkisah, pada 1930, musim gugur, gelombang pertama melanda perbankan. Masyarakat kehilangan kepercayaan, menyeruaklah rush, masyarakat kompak  menarik dananya di perbankan secara massif. Ujungnya, Pemerintah Hoover pun keok dan panik.

Menghadapi situasi yang mengerikan itu, Hoover berupaya memberi solusi berupa dukungan kepada bank-bank lewat pinjaman pemerintah. Harapannya, setelah pinjaman diberikan bank mulai dapat beroperasi normal dan kembali memekerjakan karyawan. Tapi, tetap Hoover gagal.

Muncul lah, Franklin D. Roosevelt, sebagai Presiden ke 32. Dalam 100 hari pertama kerjanya, Roosevelt mendorong Kongres untuk meloloskan UU baru yang disebut sejarawan Lawrence Davidson dengan “kapitalisme berjaring pengaman subsidi” alias social safety net.

Tampaknya, kebijakan Roosevelt terlihat lebih konkret dibandingkan Hoover. Hoover tampaknya penganut aliran fundamentalis pasar, yang sangat percaya bahwa pasar bebas akan mengoreksi sendiri kesalahan yang ada.

Langkah berikutnya, Roosevelt menawarkan panacea, berupa program “New Deal”, yang berisi 47 program, dibagi dalam tiga tahapan eksekusi dari 1933 - 1939. Program “New Deal” meliputi penutupan dan pemeriksaan kepada semua bank agar dapat sehat secara finansial, pemotongan gaji pegawai pemerintah maupun militer sebesar 15 persen, memekerjakan sekitar 3 juta orang selama 10 tahun untuk menggarap lahan publik, menukar emas dengan mata uang dolar, mendanai pekerjaan di bidang pertanian, konstruksi, pendidikan, maupun kesenian, dan juga memberikan pinjaman pada para petani untuk menyelamatkan ladang ternak dari penyitaan.

Suka atau tidak, hasil yang dipetik Roosevelt, sejak mula berlakunya “New Deal” mendapati banyak kritikan. Penerapan “New Deal” dianggap terlalu sosialis alias tidak mengekspresikan nilai Amerika. Kritikan tersebut diungkapkan para pengusaha. Sedangkan Hoover, presiden sebelumnya, mengatakan kebijakan “New Deal” akan membawa Amerika dalam gaya fasisme yang dijalankan Mussolini atau Hitler.

Mengapa Roosevelt percaya pada konsepnya? Mengapa dia berani mengimplementasikan dalam kebijakan pemerintahannya? Karena Roosevelt telah melahap buku dan belajar banyak pada guru akademiknya. Siapa dia? Jhon Maynard Keynes, yang dianggap sebagai ayatollah Ilmu Ekonomi Makro. Pengikut Keynes, acap disebut  Keynessian.

Keynes, kemudian muncul sebagai jagoan di pemerintah Amerika. Ia diplot untuk meyakinkan publik bahwa intervensi pemerintah, merupakan hal yang galib dan sah secara teori ekonomi. Keynes kemudian merilis sebuah buku berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money (1933), yang mengelaborasi ekonomi menurut perspektifnya untuk mendukung kebijakan pemerintah Amerika.

Yang menarik dari Keynes adalah hipotesisnya tentang siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja (konsumsi) dan daya beli akan meningkatkan pendapatan  yang kemudian akan mendorong lebih meningkatnya lagi belanja dan pendapatan. Keynesian menganjurkan supaya sektor publik ikut campur dalam meningkatkan perekonomian.

Jauh sebelum the great depression tiba, perekonomian dunia dijerat revolusi Perang Dunia Pertama (1914-1918). Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia yang terbagi menjadi dua aliansi, yaitu Sekutu (Britania Raya, Prancis, dan Rusia) dan Blok Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia) Pada akhir perang, lebih dari 17 juta orang terbunuh.

Namun, puncak Perang Dunia itu, mewabah Flu Spanyol (Spanish Flu) pada 1918-1920, yang kemudian bergulir menjadi the great depression  hingga 1930-an. Wabah Flu Spanyol ini menelan banyak korban jiwa dibanding Perang Dunia itu sendiri. Flu ini telah mengalami mutasi genetikal sehingga jauh lebih berbahaya ketimbang virus flu biasa.

Flu Spanyol menginfeksi lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia, termasuk orang-orang di pulau-pulau Pasifik yang terpencil hingga sampai di Kutub Utara. Bahkan, para ahli sejarah memperkirakan, kisaran 21,5 hingga 50 juta jiwa melayang di seantero dunia.

Saat ini, dunia menghadapi krisis terburuk akibat pandemik corona (Covid-19). Krisis ini bisa lebih parah dibandingkan dari the great depression pada 1930-an. Coba kita lihat, bagaimana pandemik corona merampok hingga 9 triliun dolar AS dari PDB dunia. Bahkan, Amerika menggelontorkan belanja publik sebesar 11 persen dari PDB, Malaysia 10 persen , Singapura 10,9 persen, Jepang 19 persen, dan Jerman 20 persen. Sementara Indonesia menganggarkan Rp 436,1 triliun atau 2,5 persen PDB.

Selain itu, semua kebijakan ekonomi dunia saat ini beroientasi bagaimana meningkatkan belanja publik, meningkatkan daya beli, stimulus fiskal,  relaksasi pajak, social safety net, peningkatan anggaran kesehatan, dan lainnya. Semua kebijakan itu mirip yang dilakukan Keynes dan Roosevelt dalam menanggulangi the great depression.

Tapi yang pasti, saat ini, kita perlu yakin bahwa, tidak ada badai yang tidak berakhir. Di balik duka, pasti ada berita gembira. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa langit selalu biru, bunga selalu mekar, dan mentari selalu bersinar. Tapi, kita harus yakin, setelah badai, selalu ada pelangi yang berwarna indah.

Maka, jangan menunggu hari yang terbaik untuk melangkah. Melangkahlah! Setiap ancaman pasti ada peluang. Bisa jadi the great depression tidak terjadi.
______________

Oleh: Mukhaer Pakkanna
Rektor ITB Ahmad Dahlan Jakarta

(mr/rmol)

COMMENTS

Nama

EKBIS,627,ENGLISH,76,FEED,52,FOKUS,267,GLOBAL,1236,HIBURAN,402,INTERNASIONAL,1,IPTEK,523,NASIONAL,2321,OLAHRAGA,394,OPINI,153,PROMOTE,1,RAGAM,1990,RELIGI,55,
ltr
item
WEB: Pandemi Corona dan Fenomena 'The Great Depression'
Pandemi Corona dan Fenomena 'The Great Depression'
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_iwK5yb0muruiN_2K8OcOdT3yVKqFNyBFK11QLAlE66wZnDmb1hqjtgpRSSZm9FEQzG0EqL7loiFMGTHdJX6vu2-r39DaoyjGRetIXD7hi8wzwvLvTZrJbhoiFRTp8iGw7pQ2ZsXO7kg/s1600/IMG_ORG_1587357319434.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_iwK5yb0muruiN_2K8OcOdT3yVKqFNyBFK11QLAlE66wZnDmb1hqjtgpRSSZm9FEQzG0EqL7loiFMGTHdJX6vu2-r39DaoyjGRetIXD7hi8wzwvLvTZrJbhoiFRTp8iGw7pQ2ZsXO7kg/s72-c/IMG_ORG_1587357319434.jpeg
WEB
https://web.konfrontasi.com/2020/04/pandemi-corona-dan-fenomena-great.html
https://web.konfrontasi.com/
https://web.konfrontasi.com/
https://web.konfrontasi.com/2020/04/pandemi-corona-dan-fenomena-great.html
true
3749342254488479250
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By HOME PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy