JAKARTA- Sebagian besar pasien virus corona (COVID-19) menunjukkan gejala ringan dan sedang, tetapi kasus yang parah menyebabkan kematian. Sebuah studi baru mengidentifikasi fitur klinis pasien yang meninggal di Wuhan, China menjelang awal wabah . Dilansir dari laman Study Finds, Rabu (8/4/2020) sebuah tim peneliti dari China dan Amerika Serikat menganalisis catatan kesehatan 85 pasien yang meninggal karena COVID-19 antara 9 Januari dan 15 Februari 2020. Pasien--pasien tersebut menerima perawatan di rumah sakit sebelum mereka meninggal. Analisis statistik meliputi rekam medis, informasi yang dicatat tentang riwayat medis mereka, paparan koronavirus, komorbiditas, gejala, temuan laboratorium, hasil CT scan dan manajemen klinis dari 85 pasien. Analisis mengungkapkan beberapa hal menarik tentang pasien ini. Usia rata-rata mereka yang terinfeksi adalah 66 tahun, dan 73% dari mereka adalah laki-laki. Gejala yang umum pada saat rawat inap adalah demam, sesak napas dan kelelahan. Kemudian hasil CT scan mengungkapkan bahwa hampir semua pasien menderita pneumonia. Komorbiditas yang paling umum adalah diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner . Para peneliti juga mengatakan bahwa komplikasi umum dari virus corona termasuk syok, sindrom gangguan pernapasan akut, gagal pernapasan, dan aritmia jantung . Perawatan yang paling sering diterima pasien termasuk antibiotik, antivirus dan steroid, dan beberapa pasien menerima imunoglobulin atau interferon alfa-2b melalui IV. Para peneliti mencatat bahwa lebih dari 80% pasien COVID-19 menunjukkan karakteristik unik saat masuk ke rumah sakit. Mereka memiliki jumlah eosinofil yang sangat rendah, sejenis sel darah putih yang memainkan peran penting dalam respon imun. Sepertinya jumlah eosinofil yang rendah mengindikasikan prognosis buruk bagi pasien.(mr/okz) |
COMMENTS