Menteri Kesehatan Jepang, Yasuhisa Shiozaki |
Remdesivir akan diberikan kepada pasien-pasien virus corona di Jepang dengan gejala-gejala berat. Akan tetapi belum diketahui kapan Jepang mendapatkan dosis pertama remdesivir.
Keputusan tersebut diambil pemerintah Jepang tiga hari setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, FDA, merestui Gilead Sciences Inc.
"Saat ini belum ada obat untuk melawan virus corona (di Jepang). Jadi, persetujuan pemerintah ini adalah sebuah langkah maju," ujar Menteri Kesehatan Jepang Yasuhisa Shiozaki dalam jumpa pers seperti dikutip Reuters.
Tanpa pengobatan lain yang disetujui untuk COVID-19, minat terhadap obat ini berkembang di seluruh dunia. FDA sendiri menyetujui penggunaan remdesivir dalam keadaan darurat untuk pasien virus corona.
Pihak Gilead Sciences Inc mengatakan remdesivir terbukti manjur bagi penderita penyakit pernapasan dan telah memberikan data yang menunjukkan bahwa obat itu bekerja lebih baik ketika diberikan pada tahap awal infeksi.
Jepang, dengan lebih dari 16.000 warga yang terinfeksi dan kurang dari 800 kematian, mencatat lebih sedikit kasus dibandingkan negara industri besar lainnya.
Namun, peningkatan kasus yang terjadi membuat pemerintah tertekan dengan kurangnya fasilitas dan perlengkapan medis, juga obat yang bisa diandalkan dalam membantu pasien pulih lebih cepat.
Pada hari Senin (4/5/2020), Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memutuskan memperpanjang situasi darurat nasional selama sebulan hingga akhir Mei mendatang guna memperlambat penyebaran virus corona.[mr/s]
COMMENTS