MOLDOVA-Setelah pembukaan lockdown (kuncian) dan dimulainya kembali aktivitas warga, beberapa negara di kawasan Balkan dan Eropa harus bersiap menghadapi risiko gelombang kedua Covid-19. Banyak pihak yang menilai sebenarnya beberapa negara belum siap untuk melakukan pembukaan.
Pembukaan kuncian hampir serempak di lakukan negara-negara di kawasan itu. Beberapa negara di kawasan tersebut memang telah menunjukkan penurunan angka kasus dan keadaan terlihat terkendali. Namun, sebagian negara lainnya pandemik benar-benar belum berakhir dan situasi kesehatan berisiko memburuk. Pembukaan kuncian dianggap terlalu dini.
Di Moldova, angka kasus masih mengkhawatirkan. Pembukaan kuncian tetap dilakukan walau harus mengikuti rekomendasi medis dan menjaga jarak sosial.
Presiden Igor Dodon dan Perdana Menteri, Ion Chicu, tidak terdengar komenarnya atas pembukaan kuncian di tengah situasi yang belum aman itu.
"Anda tidak harus menjadi ahli epidemiologi, ahli virologi atau bahkan seorang dokter untuk memahami bahwa situasinya telah di luar kendali," tulis mantan menteri kesehatan Ala Nemerenco dalam postigan Facebook, seperti dikutip dari Sofia Global.
Dalam tujuh hari terakhir, Moldova melaporkan 1.449 kasus baru, yang menunjukkan rata-rata ada 207 kasus per hari. Secara global, negara ini memiliki angka kasus mendekati 10.000.
Moldova juga termasuk negara yang memiliki angka kasus positif Covid-19 tertinggi untuk staf medis. Tercatat ada 1.777 tenaga kesehatan yang terkonfirmasi tertular virus corona.
Jam malam diberlakukan di negara Makedonia Utara setelah angka kasus meningkat dua kali lipat. Kuncian 80 jam penuh diperintahkan di ibukota, Skopje, dan kota-kota Tetovo, Kumanovo dan Stip, serta di beberapa kota pedesaan yang sekarang menjadi hotspot baru.
Dengan jumlah infeksi yang tetap tinggi, pemerintah mempertimbangkan untuk memberlakukan kembali jam malam setiap malam di daerah-daerah yang paling kritis.
Negara-negara lain di kawasan Balkan meyakini bahwa mereka memiliki virus yang bersifat defensif.
Di negara tetangga, Kosovo, Menteri Kesehatan, Armend Zemaj, mengingatkan warga bahwa pandemi belum berakhir. Ia mengatakan hal itu dalam kunjungannya ke Vushtrri / Vucitrn, salah satu kota dengan angka kasus terbanyak di negara itu.
Serbia telah menetapkan status darurat Covid-19 pada 6 Mei, dan sejak itu jumlah orang yang terinfeksi virus corona terus berkurang. Namun, Pada 7 Juni, negara itu mendaftarkan 82 kasus baru. Tren penurunan tidak stabil, tetapi hanya ada beberapa hari kemudian ketika jumlah kasus baru melebihi 100.
Ketika angka kasus berkurang, Serbia mencabut status daruratnya.
Di tempat lain di Eropa Tengah dan Timur, pandangannya lebih membingungkan. Polandia misalnya, telah mengumumkan jumlah kasus baru tertinggi sebanyak 576, sejak pandemik melanda negara itu pada 4 Maret 2020, seperti dikutip dari Balkan Insight.
Selama beberapa minggu terakhir, sebagian besar kasus datang dari tambang batu bara di selatan negara itu, yang terus bekerja setelah pandemik dimulai, tanpa memperkenalkan langkah-langkah keselamatan baru.
Baru minggu lalu, Perdana Menteri Mateusz Morawiecki menyatakan kemenangan atas pandemik. Namun, Menteri Kesehatan Lukasz Szumowski pada Senin (8/9) justru mengatakan kasus virus belum hilang.
Para ahli malah menyalahkan pemerintah yang telah ceroboh melonggarkan pembatasan padahal pandemik ini belum terkendali.(mr/rm)
COMMENTS