ABUJA-Keputusan Pemerintah Inggris memasukkan Nigeria ke daftar merah perjalanan menyusul kekhawatiran penyebaran varian baru virus corona Omicron mendapat kecaman dari Menteri Informasi Nigeria Lai Mohammed.
Dalam sebuah pernyataan Mohammed mengatakan keputusan Inggris lebih bersifat diskriminatif alih-alih berdasarkan ilmu pengetahuan.
"Larangan perjalanan Inggris tidak didorong oleh ilmu pengetahuan dan tidak adil, menghukum, tidak dapat dipertahankan dan diskriminatif," kata Mohammed, seperti dikutip dari CNN, Selasa (7/12).
Lai kemudian mempertanyakan mengapa dunia tidak dapat melihat secara serius masalah akses ke vaksin, dan memastikan bahwa akses vaksin dilandaskan kepada prinsip dan hak setiap manusia. Mestinya negara-negara tidak bersikap diskriminasi berdasarkan ras, agama, keyakinan politik, ekonomi atau kondisi sosial lainnya.
Pernyataan Mohammed datang setelah pada Sabtu lalu Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid menambahkan Nigeria ke "daftar merah" perjalanan Inggris, yang berarti bahwa kedatangan dari negara itu akan dilarang kecuali untuk penduduk Inggris dan Irlandia.
Saat itu Javid mengatakan ada sejumlah besar kasus Omicron yang terkait dengan perjalanan dengan Nigeria, dengan 27 kasus tercatat di Inggris.
Sejauh ini hanya sekitar 3,78 juta dari 206 juta penduduk Nigeria yang telah divaksinasi lengkap. Tetapi Menteri Kesehatan Osagie Ehanire mengatakan situasi di negara itu terkendali, menambahkan bahwa pemerintah dapat mengakses 100 juta dosis. Pekan lalu, Nigeria juga menyetujui booster untuk vaksin lengkap.
Kasus baru yang dikonfirmasi tetap rendah sejak kasus pertama dari varian baru terdeteksi, rata-rata 80 setiap hari. [mr/rm]
COMMENTS