KONFRONTASI- Seorang penari tertusuk keris saat mengikuti ritual Napak Pertiwi dalam rangka Hari Raya Pagerwesi di Denpasar, Bali.
Korban adalah pelajar SMA berinisial Gede NEP (16), warga Jalan Raya Tukad, Dalung, Kuta Utara, Badung.
Peristiwa itu terjadi di rumah seorang polisi di Jalan Sutomo Nomor 44, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara, Kamis (4/2) sekitar pukul 09.00 WITA.
Korban terlihat seperti orang kesurupan usai ditusuk. Ketika dicek, ternyata korban mengalami luka tusukan keris di dada bagian kiri. Tusukan itu mengenai jantung korban.
Menurut informasi, pada saat kejadian korban berpakaian rangda. Kemudian, sekitar tujuh orang yang membawa keris menusuk Gede NEP secara bergantian.
Setelah ditusuk, korban tiba-tiba roboh seperti kesurupan.
"Ya setelah dipastikan dengan membuka pakaian, di dada sebelah kiri ditemukan luka tusukan. Ia langsung dibawa ke Rumah Sakit Wangaya, dan dinyatakan meninggal dunia," beber petugas kepolisian, seperti dilansir Radar Bali, Sabtu (5/2).
Ditemui di Balai Banjar Blong Gede, Klian Dinas Blong Gede I Made Rispong Arta Suda Negara didampingi Klian Adat Banjar Blong Gede Made Jaya Atmaja alias Made Rispong mengatakan, insiden terjadi saat korban mengikuti acara Napak Pertiwi, rangkaian Hari Raya Pagerwesi.
Menurutnya, Gede GNEP menjadi penari Rangda. Ia mengikuti acara ritual Nampak Pertiwi bersama 30 orang lainnya.
"Ya, korban tewas dalam ritual Napak Pertiwi, tepat saat upacara Pagerwesi, hari Kamis lalu sekitar pukul 01.00 dini hari," ujar Made Rispong.
Menurut Made Rispong, acara yang dilaksanakan hingga tengah malam tersebut dilaksanakan di rumah pribadi anggota Polri yang bertugas di Polresta Denpasar.
"Ya infonya dilaksanakan oleh oknum anggota kepolisian di Polresta," jelasnya.
Saat acara berlangsung, korban yang menggenakan pakaian Rangda diduga mengalami kerauhan atau kesurupan.
Tubuh pemuda itu pun dites, lalu ditusuk dengan keris yang dibawa para peserta acara.
Dalam prosesi ritual itu, beberapa orang yang mengikuti acara akan menusuk-nusukan lalu mengurek keris ke tubuh penari.
Hal itu merupakan bagian dari ritual Napak Bumi. Saat seseorang menusuk dan mengurek ke pemuda 16 tahun yang menari rangda tanpa disadari warga yang ada di lokasi.
"Sang penari rangda tersebut langsung terjatuh dan tersungkur diiringi suara gamelan. Saat ditusuk dianggap tidak apa-apa.
Tapi korban kemudian tersungkur, pas ditolong oleh tukang gamel dan diperiksa ternyata ada darah. Bajunya dilepas lalu diketahui terdapat luka tusukan," tambahnya.
Saat itu juga, korban langsung dilarikan ke RSUD Wangaya, Denpasar untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Nahas nyawa Gede NEP tidak dapat tertolong. Ia dinyatakan meninggal dunia di RS Wangaya sekitar pukul 18.30.
Menurut informasi, luka tusukan itu tepat pada bagian jantung. Lokasinya sendiri bukan di sanggar atau pura, tapi di rumah pribadi di Jalan Sutomo, Nomor, 44.
"Infotmasi yang beredar, ritual itu digelar di rumah pribadi. Masalah ini sudah ditangani Polresta Denpasar dan pihak kepolisian sudah melakukan pemeriksaan sejumlah saksi termasuk penyelenggara," timpal Made Rispong.
Di lain sisi, terkait dugaan oknum polisi sebagai penyelenggara ritual di rumah pribadi, Kasubbag Humas Polresta Denpasar Iptu I Ketut Sukadi enggan berspekulasi.
"Informasinya sudah ditangani. Tapi saya belum terima laporan dari Unit Reskrim. Jika sudah nanti saya kabari," kata Iptu Sukadi.[psid]
COMMENTS