HONIARA-Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare menegaskan tidak akan menyerah atas aksi protes yang diwarnai kekerasan yang terjadi selama beberapa hari terakhir.
Pada Minggu (28/11), Sogavare mengutuk tindakan beberapa "penghasut" tidak dikenal atas kerusuhan yang melanda ibukota. Ia menuding kerusuhan didalangi oleh sekelompok kecil dengan tujuan memaksanya mengundurkan diri.
"Sangat jelas bahwa peristiwa baru-baru ini direncanakan dengan baik dan diatur untuk mencopot saya sebagai perdana menteri karena alasan yang tidak berdasar," ujarnya, seperti dikutip Sputnik.
Sovagare meyakinkan, pihaknya akan menangkap mereka yang bertanggung jawab menyebarkan informasi palsa dengan tujuan memicu kekerasan. Ia juga berjanji akan melakukan penyelidikan tentang asal-usul kerusuhan.
"Kita harus dan tidak akan pernah tunduk pada niat jahat segelintir orang. Kita harus melawan intimidasi, dan kekerasan. Kita berutang kepada anak-anak kita dan mayoritas rakyat kita yang tidak dapat membela diri," tambahnya.
Para pengunjuk rasa menuduh pemerintah Kepulauan Solomon melakukan korupsi dan secara efektif dikendalikan oleh kepentingan asing, khususnya oleh China.
Pada tahun 2019, pemerintah memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan untuk membangun hubungan dengan Beijing. Kerusuhan sebagian besar menargetkan bagian Chinatown, dengan pengunjuk rasa menjarah, menggeledah, dan membakar banyak bisnis lokal yang dioperasikan oleh orang-orang China.
Sogavare mengatakan kerusuhan itu telah mengakibatkan kerugian sebesar 25 juta dolar AS pada bisnis lokal, menjanjikan untuk memberikan paket bantuan untuk pemulihan.(mr/rm)
COMMENTS