HONIARA-Keputusan Barbados untuk pergi dari naungan Kerajaan Inggris dan menjadi republik dinilai tidak terlepas dari campur tangan China.
Surat kabar Inggris, The Spectator, berspekulasi bahwa keputusan Barbados untuk mencopot Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara ada hubungannya dengan investasi China.
Menurut laporan The Spectator, Barbados telah menandatangani Belt and Road Initiatives (BRI), bahkan sebuah kantor untuk memfasilitasi investasi di Barbados sudah dibuka di Beijing.
"Perdana Menteri (Barbados) Mia Mottley menyebut Presiden Xi (Jinping) 'sangat menarik'," tulis media Inggris itu.
Selain itu, laporan tersebut juga menyoroti sumbangan Beijing bernilai jutaan dolar untuk angkatan bersenjata di negara Karibia tersebut. Bahkan saat ini Barbados juga telah mengirim perwiranya untuk pelatihan militer ke China.
Barbados mendaftar untuk BRI pada tahun 2019 hampir bersama dengan negara-negara Karibia lainnya yang mempertimbangkan tawaran China. Beijing disebut telah menggelontorkan hampir 530 juta dolar AS di negara-negara kepulauan di Karibia untuk proyek infrastruktur.
Ketika dimintai tanggapan perihal laporan The Spectator, penasihat PM Mottley untuk investasi, Avinash Persuad mengecamnya.
"Barbados adalah negara berdaulat yang merdeka dan kami dengan giat mempertahankan kemerdekaan kami. Secara finansial kami tidak terikat pada satu pemain tertentu dan kami akan memastikan bahwa kami tidak, karena itu akan memengaruhi kemampuan kita untuk membela apa yang benar ketika kita membutuhkannya," terang Persuad.
Barbados secara resmi berubah menjadi republik setelah 50 tahun berada dalam naungan negara persemakmuran dalam sebuah upacara Selasa (30/11). Dengan perubahan tersebut, Barbados mengangkat Sandra Mason sebagai presiden pertamanya. (Mr/rm)
COMMENTS